Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Kamis, September 15, 2011

Strategi IDEAL Problem Solving


Muchayat, 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Strategi IDEAL Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter Materi Turunan Fungsi Kelas XI. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Abstrak
Masalah pokok yang perlu dipecahkan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter  yang valid pada materi Turunan Fungsi kelas XI ? dan Apakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika itu efektif untuk pembelajaran  materi Turunan Fungsi ? Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4-D Thiagarajan yang telah dimodifikasi, melalui proses pengembangan yang terdiri dari empat tahap, yaitu: pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, buku siswa, dan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar angket motivasi belajar, lembar pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan tes kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid dan efektif. Kevalidan perangkat ditunjukkan dari hasil validasi bahwa perangkat pembelajaran termasuk kategori baik. Keefektifan ditunjukkan dari hasil ujicoba diperoleh: (1) kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai ketuntasan dengan rata-rata sebesar 74,69 dan persentase siswa yang tuntas belajar mencapai 84,38%; (2) rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya menggunakan perangkat pembelajaran dengan strategi IDEAL  Problem Solving bemuatan pendidikan karakter  lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan pembelajaran ekspositori; (3) aktivitas dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 54,3%, dan kemampuan guru mengelola pembelajaran termasuk kategori baik. Nilai-nilai karakter yang diamati menunjukkan kategori baik dalam pengamatan aktivitas siswa.

Kata Kunci: Pengembangan, Problem Solving, Pendidikan Karakter, Turunan
                      Fungsi

Baca Selengkapnya
A. Pendahuluan
Menurut Soedarsono (2008) bahwa berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, kepemimpinan hingga adanya krisis akhlak dan moral mempunyai dampak yang berkelanjutan sampai saat ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas memiliki dampak yang lebih luas yakni adanya krisis karakter bangsa. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter bangsa. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas 2003).
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika. Pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari. Pembelajaran matematika dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kreatif dan sistematis, serta kemampuan bekerja sama (Kemendiknas 2010). Ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai media pendidikan karakter siswa.
Nilai-nilai karakter juga dapat dilihat dalam tujuan diajarkannya pelajaran matematika sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),  garis besarnya yaitu agar siswa mempunyai kemampuan:  memahami konsep matematika; menggunakan penalaran pada pola dan sifat; memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;  mengkomunikasikan gagasan; memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas 2006).
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) bahwa pemecahan masalah dapat membantu siswa mempelajari konsep-konsep kunci (Lubienski 2000). Menurut Gagnẻ (Jonassen 2000)  bahwa pusat dari pendidikan adalah untuk mengajarkan siswa berpikir, untuk menggunakan kekuatan rasional mereka, dan untuk menjadi pemecah masalah yang lebih baik. Jonassen (2000) mengatakan sebagian besar ahli psikologi dan pendidik menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai hasil pembelajaran yang sangat penting untuk kehidupan. Oleh karena itu kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatih, dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin.
Menurut Bruner (Henton 1979) kunci keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah adalah pengembangan terhadap perencanaan pembelajaran yang fokus terhadap masalah-masalah yang terjadi saat ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh King (1991) bahwa prosedur yang didesain untuk membantu siswa  menyelesaikan tugasnya seperti problem solving, berhasil membantu siswa belajar kognitif. NCTM (2004) menganjurkan: (1) keikutsertaan siswa secara aktif dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam matematika; (2) pemecahan masalah sebagai alat dan juga tujuan pembelajaran; (3) penggunaan bermacam-macam bentuk pengajaran: kelompok kecil, penyelidikan individu, pengajaran oleh teman sebaya, diskusi seluruh kelas, pekerjaan proyek (Sobel dan Malesky 2004). Jadi penggunaan kelompok kecil dan interaksi sebaya dalam pembelajaran matematika dapat memantapkan pemahaman  materi  dan  memantapkan   penyelesaian  dari masalah yang sedang ditangani. Tampak bahwa pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam pembelajaran matematika, sehingga kemampuan pemecahan masalah di kalangan siswa perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pemecahan masalah yang pada umumnya digunakan sebagaimana yang dikembangkan oleh Polya  yaitu meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan (Suherman 2003). Bransford dan Stein (1993) memperkenalkan  IDEAL Problem Solving sebagai suatu strategi dalam menyelesaikan masalah. IDEAL merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam menyelesaikan masalah yaitu meliputi Identify problem and opportunities, Define goal, Explore possible strategies, Anticipate outcomes and Act dan Look back and Learn. Langkah-langkah IDEAL Problem Solving ini hampir sama dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, namun terdapat perbedaan dalam memahami masalah yaitu  mendefinisikan masalah yang telah teridentifikasi untuk kemudian menetapkan tujuan dari pemecahan masalah yang akan dilakukan.
Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan strategi pemecahan masalah  menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah dapat memajukan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Hasil penelitian Dhany (2011), diperoleh simpulan bahwa dengan pembelajaran model IDEAL problem solving, kemampuan penyelesaian masalah siswa SMA Negeri 1 Cepu mencapai ketuntasan melebihi kriteria ketuntasan minimal dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model IDEAL problem solving memenuhi kriteria valid dan efektif. Namun hasil belajar dalam penelitian yang dilakukan oleh Dhany hanya sebatas ranah kognitif yang berupa kemampuan penyelesaian masalah dan psikomotorik yang berupa kreatifitas siswa. Sedangkan ranah afektif kurang mendapatkan perhatian. Hasil penelitian Hidayaturokhmah (2010) diperoleh simpulan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi problem solving menggunakan LKS dapat meningkatkan keterampilan  matematika yang meliputi keterampilan problem solving, keterampilan algoritma, keterampilan penalaran dan keterampilan investigasi pada siswa kelas X di SMA Negeri 3 Bantul. Beberapa penelitian diatas belum  menampakkan adanya integrasi pendidikan karakter.
Haggarty dan Keynes (Unal 2006) menjelaskan bahwa dalam rangka memperbaiki pengajaran dan pembelajaran matematika di kelas diperlukan usaha untuk memperbaiki pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran dan interaksi antara mereka. Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik, disamping perlu adanya pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai pula dengan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan  dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, menumbuhkan aktivitas serta mampu memotivasi siswa sedemikian hingga siswa senang belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan dikembangkan suatu perangkat pembelajaran matematika dengan strategi  IDEAL Problem Solving yang bermuatan pendidikan karakter. Pengembangan perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan efektif dalam pembelajaran matematika yang mampu menghantarkan siswa untuk mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, menumbuhkan aktivitas siswa serta mengekspresikan nilai-nilai karakter dalam  pembelajaran matematika .
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi  IDEAL Problem Solving  bermuatan pendidikan karakter  materi turunan fungsi ? (2) Apakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi  IDEAL Problem Solving  bermuatan pendidikan karakter  materi turunan fungsi valid ? (3) Apakah perangkat pembelajaran matematika dengan  strategi  IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter yang dikembangkan efektif  dalam pembelajaran materi turunan fungsi ?
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving  bermuatan pendidikan karakter materi turunan fungsi kelas XI. (2) Menghasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving  bermuatan pendidikan karakter materi turunan fungsi kelas XI yang valid. (3) Mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter pada pembelajaran materi turunan fungsi kelas XI.
Artikel ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: judul, pendahuluan (yang berisi latar belakang, permasalahan, dan tujuan penelitian),  kajian pustaka, metodologi, hasil penelitian, pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka.

B. Kajian Pustaka
1. Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Matematika
National Council of Teachers of Mathematics (2011) menyatakan bahwa program pembelajaran matematika dari pra sekolah sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk:
1) membangun pengetahuan baru matematika melalui pemecahan masalah;
2) memecahkan masalah yang timbul dalam matematika dan dalam konteks lain;
3) menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi yang tepat untuk memecahkan masalah;
4) memantau dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika.
Pemecahan masalah merupakan bagian integral dari semua pembelajaran matematika. Pemecahan masalah tidak berdiri sendiri dalam kurikulum matematika tetapi harus melibatkan semua muatan dari standard isi. Pemecahan masalah memainkan peranan yang penting dalam kurikulum sekolah. Memecahkan masalah dengan strategi yang telah dipilih, digunakan sebagai alat yang fundamental dalam mempelajari materi matematika.
2. Ketuntasan Belajar
            Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan (Depdiknas 2006). Nasution (2005) mengemukakan bahwa tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang diperoleh dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas artinya penguasaan materi secara keseluruhan. Jadi ketuntasan belajar adalah sebagai penguasaan atau hasil belajar siswa secara penuh terhadap semua bahan yang dipelajari. Pada penelitian ini kriteria ketuntasan belajar adalah siswa dikatakan tuntas belajar  apabila kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai batas ketuntasan minimal  yaitu 70.
3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
            Nieveen (1999) mengemukakan bahwa perangkat yang baik harus  memenuhi beberapa kriteria, yaitu (1) validitas (validity), (2) kepraktisan (practicaly), dan (3) keefektifan (effectiveness). Dalam penelitian ini, indikator bahwa  perangkat pembelajaran dikatakan baik/berkualitas bila dipenuhi syarat-syarat berikut: (1) memenuhi syarat  validitas yaitu validitas isi artinya dikembangkan dengan berdasarkan teori yang memadai dan validitas konstruk artinya perangkat yang dikembangkan memperoleh validasi ahli dengan kriteria tertentu. (2) memenuhi syarat  keefektifan perangkat dengan kriteria  (a) hasil akhir yang dicapai untuk tes kemampuan pemecahan masalah memenuhi kriteria tuntas KKM , (b) aktivitas dan motivasi belajar siswa menunjukkan kategori baik, (c) pengelolaan pembelajaran oleh guru memberikan kriteria baik.
4. Pendidikan karakter
Khan (2010) mengemukakan bahwa karakter merupakan sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai dalam matematika dapat ditumbuhkan melalui pelaksanaan proses belajar mengajar matematika dan disampaikan oleh guru melalui kesempatan yang ada dalam proses belajar mengajar termasuk adanya interaksi antara guru dan siswa (Suyitno 2011).
5. Strategi IDEAL Problem Solving
Bransford dan Stein (1993) memperkenalkan IDEAL problem solving sebagai suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran ini didasarkan pada penelitian dan hasil karya dari  ahli-ahli sebelumnya dalam penyelesaian masalah seperti Max Wertheimer, George Polya, Alan Newell dan  Herbert Simon. Penjelasan terhadap  5 tahap dalam IDEAL sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan masalah
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah. Kemampuan untuk mengidentifikasi (identify) keberadaan masalah adalah satu karateristik penting untuk menunjang keberhasilan pemecahan masalah dan menjadikannya sebagai kesempatan (opportunities) untuk melakukan sesuatu yang kreatif. Guru membantu siswa dalam memahami aspek-aspek permasalahan seperti membantu untuk menganalisis permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengkaji hubungan antar data, memetakan masalah, mengembangkan hipotesis-hipotesis.
b. Menetapkan Tujuan
Langkah kedua adalah mengembangkan pemahaman dari masalah yang telah diidentifikasi dan berusaha menentukan (define) tujuan. Dalam tahap ini guru membimbing siswa melihat data atau variabel yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring informasi yang ada dan akhirnya merumuskan masalah. Sebuah masalah yang ada tergantung pada bagaimana mereka menentukan tujuan, dan hal ini mempunyai efek yang penting terhadap tipe jawaban yang akan dicoba. Perbedaan dalam penentuan tujuan dapat menjadi penyebab yang sangat kuat terhadap kemampuan seseorang untuk berpikir dan menyelesaikan masalah (Bransford 1984). Tujuan yang berbeda membuat orang mengeksplorasi strategi yang berbeda untuk menyelesaikan masalah.
c.  Mengeksplorasi strategi yang mungkin
Langkah ketiga adalah mengeksplorasi (explore) strategi yang mungkin dan mengevaluasi kemungkinan strategi tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.  Dalam tahap ini guru membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, melakukan pengungkapan pendapat,  melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d. Melaksanakan  strategi yang dipilih
Langkah keempat dari IDEAL adalah mengantisipasi (anticipate) hasil dan bertindak (act). Ketika sebuah strategi dipilih, maka mengantisipasi kemungkinan hasil dan kemudian bertindak pada strategi yang dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang dipilih.
e. Melihat kembali dan belajar
Langkah kelima adalah melihat kembali (look back) akibat yang nyata dari strategi yang digunakan dan belajar (learn) dari pengalaman yang didapat. Melihat dan belajar perlu dilakukan karena setelah mendapatkan hasil, banyak yang lupa untuk melihat kembali dan belajar dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Dalam tahap ini guru membimbing siswa mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang dilakukan, apakah sudah benar dan lengkap atau belum dan siswa dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.

C. Metodologi
Penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian pengembangan, yaitu pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang mengacu pada model 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974) dengan beberapa modifikasi. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,  Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa, dan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah.
Model pengembangan yang  digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel dan Semmel  yang dikenal dengan model 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate) (Trianto 2007). Model 4-D dipilih karena sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, namun dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa modifikasi terhadap model 4-D. Modifikasi yang dilakukan adalah : (1) Analisis konsep dan analisis tugas yang semula paralel, diubah menjadi berurutan dari analisis konsep ke analisis tugas. Hal ini dilakukan karena dalam matematika materinya terstruktur, sehingga urutan tugas bergantung dari urutan materi atau konsep. (2) Istilah analisis konsep diganti menjadi analisis materi. Hal ini karena yang akan dikembangkan adalah perangkat pembelajaran. Materi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada konsep, dalam satu materi bisa terdiri beberapa konsep. (3) Penyederhanaan tahap keempat yaitu penyebaran yang hanya dilakukan pada kegiatan ujicoba sampai dilakukan tes sumatif. Sedangkan kegiatan pengemasan. demonstrasi, difusi, adopsi dan publikasi perangkat pembelajaran tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Modifikasi model 4-D dan diagram alir pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut. (kalo belum tampak...tunggu hingga diedit posting ini)



























Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada 5 macam yaitu lembar  validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar angket motivasi belajar siswa, lembar pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan tes kemampuan pemecahan masalah. Instrumen penelitian yang dikembangkan dengan memodifikasi instrumen penelitian yang ada disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran IDEAL Problem Solving. Agar instrumen-instrumen yang dibuat valid, maka sebelum digunakan terlebih dahulu dikonsultasikan kepada ahli untuk divalidasi. Data tentang aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan hasil validasi perangkat pembelajaran yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah disusun.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Penilaian yang mungkin diberikan oleh validator terhadap perangkat pembelajaran materi turunan fungsi yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku siswa, lembar kegiatan siswa, dan butir tes kemampuan pemecahan masalah siswa terdiri dari lima kategori, sesuai dengan rubrik dari masing-masing indikator yang telah dibuat peneliti. Data yang tertera pada lembar validasi yang merupakan penilaian masing-masing validator terhadap perangkat pembelajaran dianalisis berdasarkan rata-rata skor. Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran materi turunan fungsi dengan strategi IDEAL problem solving dianalisis dengan menghitung rata-rata skor tiap aspek aktivitas. Data motivasi belajar siswa diperoleh  dengan memberikan skor tiap jawaban siswa dalam angket kemudian dianalisis dengan menghitung rata-rata skor tiap aspek motivasi. Untuk mengetahui tingkat aktivitas, motivasi belajar siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran menggunakan norma absolute skala lima sebagai pedoman konversi dalam mengubah rata-rata skor yang diperoleh menjadi suatu kategori.
Analisis butir tes dilakukan untuk menentukan kualitas butir tes dari tes kemampuan pemecahan masalah. Analisis butir soal perlu karena (1) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi, (2) untuk menyediakan informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap sehingga akan lebih memudahkan dalam menyusun perangkat soal yang akan memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu. Hasil analisis dijadikan dasar atau masukan untuk melakukan revisi terhadap butir tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM). Analisis butir tes yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Arikunto (2009) menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono 2010). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah soal tes yang disusun memberikan hasil yang tetap atau ajeg meskipun dilakukan di lain waktu dan lain tempat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono 2010). Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui apakah taraf kesukaran butir soal sesuai dengan yang telah direncanakan dalam spesifikasi instrumen. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.
Dalam penelitian ini kriteria keefektifan perangkat pembelajaran meliputi: (a) kemampuan pemecahan masalah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, (b) aktivitas dan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, (c) kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang tidak mendapat pembelajaran tersebut, (d) kemampuan mengelola pembelajaran oleh guru termasuk kategori baik.
Untuk menganalisis data dilakukan uji ketuntasan belajar yang meliputi uji rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan uji one sample t-test untuk menguji apakah belajar di kelas eksperimen mencapai tuntas dan uji proporsi untuk menguji apakah tiap siswa mencapai ketuntasan belajar. Untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji independent sample test. Untuk menguji adanya pengaruh aktivitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah, digunakan regresi linier.

D. Hasil Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dengan strategi IDEAL problem solving materi turunan fungsi yang valid dan efektif. Untuk memperoleh perangkat pembelajaran yang memenuhi kriteria valid dan efektif, peneliti mengikuti prosedur pengembangan perangkat dan menganalisis data hasil penelitian. Untuk memenuhi tujuan tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi. Hasil pengembangan berupa: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), lembar kegiatan siswa (LKS), dan tes kemampuan pemecahan masalah  (TKPM).
Tahap pendefinisian diawali dengan kegiatan analisis awal akhir yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah mendasar yang dibutuhkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Masalah mendasar yang perlu diupayakan dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan ajar dan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan. Pada pembelajaran materi  turunan fungsi terutama penerapannya pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi, siswa diarahkan kepada  pemahaman suatu masalah. Siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan dengan caranya sendiri, menemukan sendiri pola-pola penyelesaian masalah tersebut. Pemahaman siswa tentang materi penerapan turunan fungsi dikonstruk oleh siswa sendiri melalui permasalahan yang memungkinkan siswa memberikan penyelesaian dengan beberapa cara. Strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter diberikan untuk memudahkan siswa dalam menyusun tahapan-tahapan penyelesaian masalah. Pemecahan masalah pada materi penerapan turunan fungsi ini, dapat menggali nilai-nilai pendidikan karakter dengan membiasakan siswa untuk berpikir kreatif, mengembangkan rasa ingin tahu, bersikap demokratis dan memupuk semangat pantang menyerah dalam menghadapi suatu masalah.
Sebelum dilakukan pembelajaran di kelas terlebih dahulu dilakukan analisis siswa. Siswa kelas XI Jurusan IPA SMA Negeri 1 Lasem  usianya berkisar 17 tahun. Menurut Piaget taraf berpikir anak usia tersebut pada tahapan perkembangan operasional. Hal ini dijadikan pertimbangan dalam menyusun materi pembelajaran. Materi pembelajaran disusun dari hal-hal yang konkret menuju ke hal-hal yang lebih abstrak, sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam proses pemahaman siswa. Nilai matematika termasuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyeleksi siswa yang memilih jurusan IPA di SMA sehingga menurut peneliti siswa mampu mengikuti proses pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving.
Analisis materi dilakukan sebelum pembuatan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan penelitian, agar materi yang disajikan dalam penelitian tidak ada yang terlewatkan dan dapat terlihat sistematis. Pada penelitian pengembangan ini, materi Turunan Fungsi yang dimaksud dibatasi pada materi penerapan turunan fungsi dalam merancang dan menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan ekstrim fungsi. Meskipun demikian, buku siswa yang dikembangkan tetap menyajikan semua materi, yakni konsep dan pengertian turunan fungsi, turunan fungsi aljabar dan trigonometri, tafsiran geometris dari turunan fungsi, menggambar grafik dan penerapan turunan fungsi.
Analisis tugas diturunkan dari analisis materi. Analisis tugas meliputi pemahaman siswa akan tugas dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan analisis materi di atas. Rincian analisis tugas untuk materi turunan fungsi pada kompetensi dasar yang diamati merujuk  pada indikator kemampuan pemecahan masalah yang dimodifikasi sesuai dengan analisis materi.
Tahap perancangan diawali dengan penyusunan tes. Tes disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan indikator kemampuan pemecahan masalah yang termuat dalam kisi-kisi pemyusunan tes. Tes yang disusun berbentuk uraian dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Setiap jawaban siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah dikonsultasikan dengan kunci jawaban dan ditentukan skor tiap-tiap butir soal.
Pemilihan format perangkat pembelajaran yang akan digunakan disesuaikan dengan tahapan pemecahan masalah dalam strategi IDEAL Problem Solving. Silabus yang dikembangkan berbentuk tabel, dengan kolom kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, tahapan berpikir, nilai-nilai karakter, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Format ini mengacu pada panduan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dimodifikasi.
RPP yang disusun memuat identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, media pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan penilaian. Langkah-langkah kegiatan disajikan dalam bentuk tabel dengan distribusi waktu untuk kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. LKS dikembangkan untuk membimbing dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. LKS yang dikembangkan memuat langkah-langkah pemecahan masalah dan nilai-nilai pendidikan karakter yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran IDEAL problem solving. Buku siswa yang dikembangkan mempunyai tampilan seperti layaknya sebuah buku, mempunyai sampul/ cover, kata pengantar, peta konsep, daftar isi, uraian materi, contoh soal, latihan soal, serta daftar pustaka. Buku siswa tersebut berwarna putih, berukuran 21,5 cm x 16 cm, dan memuat kompetensi dasar turunan fungsi pada standar kompetensi menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar tersedia buku utuh yang dapat digunakan oleh siswa dalam mempelajari materi turunan fungsi, meskipun hanya 2 dari 4 kompetensi dasar yang dijadikan materi kajian penelitian.
Pada tahapan perancangan ini dihasilkan rancangan awal perangkat pembelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 4 kali pertemuan, buku siswa dan LKS untuk setiap pertemuan, tes kemampuan pemecahan masalah beserta pedoman penskoran dan kunci jawaban. Semua hasil pada tahap perancangan ini disebut Draf-1. Selain rancangan perangkat pembelajaran, juga disiapkan instrumen penelitian, antara lain: lembar validasi beserta pedoman penskorannya, lembar pengamatan aktivitas siswa, serta angket pengukur motivasi belajar siswa.
  Tahap pengembangan dimulai dengan validasi perangkat pembelajaran oleh ahli. Validasi ahli ini dilakukan untuk melihat validitas isi dari Draf 1 yang telah disusun. Secara umum hasil validasi ahli terhadap pengembangan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku siswa dan lembar kegiatan siswa  mempunyai kategori baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Sedangkan tes kemampuan pemecahan masalah  termasuk kategori valid, reliabel dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Dari hasil validasi ahli ini selanjutnya diperoleh Draft 2.
Pada tahap penyebaran dilakukan ujicoba terhadap Draft 2.  Ujicoba bertujuan untuk penyempurnaan perangkat pembelajaran, ujicoba dilaksanakan 4 kali pertemuan, sesuai dengan banyaknya RPP,  serta 1 kali pertemuan  untuk tes kemampuan pemecahan masalah. Data yang diperoleh dari ujicoba berupa data aktivitas siswa, data motivasi belajar siswa, data tes kemampuan pemecahan masalah, dan data kemampuan guru mengelola pembelajaran. Skor rata-rata aktivitas siswa tiap aspek pengamatan dari RPP 1 hingga RPP 4 adalah 3,98. Sesuai dengan kriteria yang digunakan maka siswa di kelas eksperimen termasuk kategori aktif. Motivasi   belajar   siswa   di   kelas   eksperimen   diukur  setelah selesai pembelajaran pada pertemuan keempat. Skor rata-rata motivasi belajar siswa pada tiap indikator adalah 2.82. Sesuai dengan kriteria yang digunakan maka dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa di kelas eksperimen termasuk kategori sedang. Skor rata-rata penilaian kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3,90 dan termasuk kategori baik.
Uji ketuntasan belajar memberikan hasil bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah  siswa di kelas eksperimen mencapai rata-rata asumsi populasi 70. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 74,69, ini berarti capaian rata-rata kemampuan pemecahan masalah  siswa kelas eksperimen melebihi batasan rata-rata 70. Persentase siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal sebesar 84,38% melebihi persentase yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 70%, ini berarti ketuntasan belajar individual di kelas eksperimen tercapai.
Uji banding rata-rata  kemampuan  pemecahan  masalah di kelas eksperimen dan kelas kontrol memberikan hasil bahwa rata-rata  kemampuan  pemecahan  masalah kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas eksperimen dengan rata-rata 74,69 lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas kontrol dengan rata-rata 70,75.
Dari uji pengaruh dengan menggunakan regresi linear   diperoleh persamaan regresi . Untuk melihat  pengaruh X1 (aktivitas siswa) dan X2 (motivasi belajar) terhadap Y (kemampuan pemecahan masalah siswa), dapat dilihat dari nilai koefisien masing-masing X1 dan X2. Besarnya b1 = 1,097 berarti perubahan rata-rata Y adalah sebesar 1,097 (untuk setiap perubahan satuan dalam variabel X1 apabila X2 tetap) dan b2 = 14,822 menyatakan perubahan rata-rata Y sebesar 14,822 (untuk setiap perubahan satuan dalam variabel X2 apabila X1 tetap). Pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y sebesar 54,3% artinya aktivitas siswa dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah sebesar 54,3%.

E. Bahasan
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model pengembangan 4-D Thiagarajan yang dimodifikasi ini melalui serangkaian tahap pengembangan yakni tahap pendefinisian, perancangan, pengembangan hingga penyebaran. Pengembangan perangkat tersebut melalui proses validasi dari 5 ahli, kegiatan revisi pertama hingga diperoleh Draft 2, kegiatan ujicoba, dan analisis serta revisi berdasarkan hasil ujicoba hingga diperoleh perangkat final yang valid. Selama  mengikuti  pembelajaran  dengan  strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter, aktivitas siswa termasuk kategori aktif. Dibentuknya kelompok-kelompok diskusi, memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bertukar pikiran. Hal ini sesuai yang dikatakan Cobb (Suherman 2003:76) bahwa “belajar merupakan proses aktif dan konstruktif dimana siswa mencoba  untuk menyelesaikan masalah dengan berpartisipasi aktif dalam latihan matematika di kelas. Dapat dikatakan pengaruh aktivitas terhadap kemampuan pemecahan masalah cukup signifikan yaitu sebesar 37,5%. Cukup beralasan jika dikatakan aktivitas siswa berpengaruh dalam pembelajaran.
Dari hasil  analisis  motivasi  belajar  siswa  pada  pembelajaran dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter termasuk kategori sedang. Hal ini peneliti menyadari bahwa pengukuran motivasi dilaksanakan hanya satu kali pada akhir pertemuan. Instrumen pengukuran motivasi bersifat umum dan kurang spesifikasi mengungkap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran strategi IDEAL Problem Solving, pembelajaran matematika sebelum  pembelajaran strategi IDEAL Problem Solving sangat berpengaruh pada saat pengisian angket motivasi.
Siswa di kelas yang menggunakan perangkat dan pembelajaran dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter mencapai ketuntasan belajar, karena memenuhi  kriteria ketuntasan yakni  kemampuan pemecahan masalah mencapai KKM sebesar 70 dan persentase siswa yang mencapai KKM lebih dari 70%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Dhany (2011) yakni pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat menghantarkan siswa mencapai ketuntasan belajar melebihi kriteria ketuntasan minimal. Proses pembelajaran dengan strategi IDEAL problem solving yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya memungkinkan siswa mempunyai retensi yang lebih baik, sebagaimana dikemukakan Hamalik (1999) mendefinisikan, “belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami”
Kelas  yang menggunakan perangkat dan pembelajaran dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter lebih baik dibanding dengan kelas yang tidak menggunakan strategi tersebut. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan Dhany (2011), bahwa kelas yang pembelajarannya  menggunakan model  IDEAL Problem Solving menghasilkan kemampuan penyelesaian masalah siswa yang lebih baik dibanding kelas yang tidak mendapatkan pembelajaran model IDEAL Problem Solving pada materi Dimensi Tiga.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter serta penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan strategi tersebut memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas dan motivasi belajar siswa. Selanjutnya, aktivitas dan motivasi belajar itu secara bersama-sama mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa
Pencapaian keefektifan perangkat pembelajaran ditunjukkan dengan adanya hasil belajar siswa yang berupa kemampuan pemecahan masalah mencapai kriteria ketuntasan minimal,  aktivitas dan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar, kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang tidak mendapat pembelajaran tersebut dan kemampuan guru mengelola pembelajaran termasuk kategori baik.
            Karena belum adannya alat ukur yang baku untuk mengukur nilai-nilai karakter, maka dalam penelitian ini nilai-nilai karakter tidak diukur hanya sebagai muatan baik dalam perangkat  maupun dalam pembelajaran. Dalam perangkat pembelajaran dicantumkan secara eksplisit nilai-nilai karakter  yang berupa kalimat atau cerita yang membangkitkan motivasi belajar. Sedangkan dalam pembelajaran diselingi nasehat atau pesan untuk memotivasi belajar siswa dan memahamkan nilai-nilai budi pekerti luhur untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Simpulan
Pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi, dihasilkan perangkat pembelajaran dengan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter yang valid dan efektif dalam pembelajaran materi turunan fungsi. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi Silabus, Buku Siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM).
Siswa yang mengikuti pembelajaran strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebesar 74,69 dan persentase siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 84,38%. Kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas yang menggunakan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter lebih baik daripada kelas yang menggunakan pembelajaran ekspositori dengan kelompok belajar konvensional. Aktivitas dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas yang menggunakan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter.

G. Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bransford, J.D. dan Stein B.S. 1993. The Ideal Problem Solver: A Guide for Improving Thinking, Learning, and Creativity. Second Edition. New York: W. H. Freeman &Company.

Depdiknas. 2003. UU No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Depdiknas. 2006.  Perangkat pembelajaran KTSP SMA , Jakarta: Dirjen pembinaan SMA.

Dhany, I.N. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model IDEAL  Problem Solving Materi Dimensi Tiga Kelas X. Tesis. Semarang: PPs Unnes.

Hamalik, O. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Henton, J., Baden. R.M. dan Kieren, D., 1979. Problem Solving in the Classroom. The Family Coordinator Vol 28 no 1 (Jan., 1979), pp. 61-66. Published by: National Council on Family Relations.

Hidayaturokhmah.2010. Upaya Meningkatkan Keterampilan Matematika melalui Pendekatan Problem Solving pada Siswa Kelas X Semester II SMAN 3 Bantul Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis. Yogyakarta: PPs UNY

Jonassen, D.H. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving. Educational Technology Research and Development Vol 48 no 4 (2000), pp. 63-85. Published by: Springer.

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.Jakarta.

Khan, Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak kualitas pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing

King, A. 1991. Effects of Training in Strategic Questioning on Children’s Problem Solving Performance. Journal of Educational Psychology Vol 83 No 3

Lubienski, S.T. 2000. Problem Solving as a Means toward Mathematics for All: An Exploratory Look through a Class. Journal for Research in Mathematics Education, Vol. 31, No. 4. Iowa: National Council of Teachers of Mathematics.

Nasution, S. 2005. Berbagai Metode dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

National Council of Teachers of Mathematics. 2004. Overview: Standards for School Mathematics. Problem Solving. Tersedia di: http://standards. nctm.org/document/chapter3/prob.htm [16 Januari 2011].

National Council of Teachers of Mathematics. 2011. Problem Solving . Tersedia di: http://www.nctm.org/standards/content.aspx?id=26860 [20 Agustus 2011].
Nieveen, K. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. Dalam Plomp, T; Nieven, K; Gustafson, K; Branch, R.M; dan van den Akker,  J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. Netherlands: Kluwer Academic Publiser.

Sobel, M.A dan Maletsky, E.M. 2004. Mengajar Matematika. Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Soedarsono, S. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Peran Penting Karakter dan Hasrat Untuk Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompom Kompas Gramedia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyitno, H. 2011. Nilai-nilai Matematika dan Relevansinya dengan Pendidikan Kewarganegaraan: Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Negeri Semarang. Semarang: Unnes.

Suherman, E. Turmudi. Suryadi, D. Herman, T. Suhendra.  Prabawanto, S. Nurjanah. dan Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI

Thiagarajan, S., Semmel, D.S., dan Semmel. M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children, A Source Book. Blomington: Center of Inovation on Teaching the Handicapped Minnepolis Indiana University

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Unal, H. 2006. Preservice Secondary Mathematics Teacher’s Comparative Analyses of Turkish and American High School Geometry Textbook. Kastamonu Education Journal. 14/2: 509-516.



4 komentar:

Angirha mengatakan...

Assalamu'alaikum Pak...
Numpang komen nggih...
hehe :)

Anonim mengatakan...

Asslamualaikum..
Saya roni pak,santri bapak wktu msh di MAN lasem pak.. IPA 1 2003.. Metode pngjaran mtemtika yg d ajarkan bpak dl sgt luar biasa,dan mmberikan wrna sendiri tntg ilmu mtmtka.. alhmdllh skrg sy lulus S1 matemtika d UIN Sunan kalijaga..

MUCHAYAT mengatakan...

Buat ananda Roni..... selamat, kalian telah menaklukkan matematika..... semoga lebih enjoy mengisi hari demi hari dengan matematika

Unknown mengatakan...

assalamu'alaikum pak muchayat saya mau tantak apakah ada teori yang mendukung strategi IDEAL diterapkan pada model pembelajaran kooperatif, saya belum mendapatkan sumber dan referensi yang mendukung trima kasih... tolong dibalas ya pak ubtuk skripsi

dari zulfa nabiila